Oleh-oleh dari berhaji

6

December 25, 2008 by Tara

Alhamdulillah kemarin Allah memberiku kesempatan menjalankan ibadah haji.

Secara umum, Alhamdulillah prosesi ibadah berjalan lancar. Tidak ada hal-hal aneh lah yang terjadi selama prosesi ibadah itu.

Hal utama yang kudapat selama di sana justru ILMU. Alhamdulillah selama di sana Allah membukakan hati dan pikiran sehingga aku lebih mengetahui Tauhid.

Ibadah Haji, disebut sebagai puncak ibadah, ternyata sesungguhnya adalah puncak meng-ESA-kan Allah. Cermati talbiah yang dikumandangkan selama haji :

“Labbaik Allahumma labbaik

Labbaika laa syarika laka labbaik

Innal hamda wa ni’mata laka wal mulk

Laa syarika laka”

“Aku datang memenuhi panggilanmu Ya Allah, Aku datang

Aku datang memenuhi panggilanmu tidak ada sekutu bagi-Mu Aku datang

Sesungguhnya segala puji dan nikmat serta kekuasaan semua pada-Mu

Tak ada sekutu bagi-Mu”

Jadi dengan ibadah haji, kita benar-benar mengakui bahwa tiada tuhan selain Allah. Pengakuan itu kita wujudkan dalam kesediaan kita datang ke Arafah, menjalankan berbagai rukun haji dan memperbanyak kalimat talbiah diatas. Padahal kalau menggunakan logika manusia, ngapain sih bersusah payah di padang pasir tengah hari bolong? Ngapain sih mesti nginap di Mina? Nggak di Mekkah aja? Ngapain sih mesti melempar batu? Itu semua kita lakukan sebagai bukti bahwa kita mengakui tiada tuhan selain Allah, dan kita ikuti perintah-Nya! Kita buang semua logika kita. Kita korbankan apa yang kita perlukan untuk menjalankan perintah Allah tersebut. Kita keluarkan energi, kita alokasikan waktu, semua untuk memenuhi perintah Allah! Tak ada sekutu bagi-Nya!

Di situ aku tersadar, ternyata konsekuensi Laa illaha illa Allah itu besar.

Dari situ aku memahami arti kata Alhamdulillah. Dari situ aku memahami arti doa.

Dengan kata Laa illaha illa Allah, maka ketika berobat (minum obat atau ke dokter), kita harus dengan kesadaran bahwa yang menyembuhkan sesungguhnya adalah Allah, bukan obat atau dokter! Ini aku lihat sebagai bentuk ke-syirik-an yang mungkin tanpa sengaja banyak kita terpeleset. Makanya ketika sakit disana, dan ketika minum obat, aku sangat berhati-hati dan meyakinkan niat bahwa kesembuhan hanya dari Allah. Obat aku minum aku anggap sama seperti makanan membuat aku kenyang, tidur membuat aku hilang lelah. Obah hanyalah suatu alat sebab akibat yang bisa memberi efek terhadap kesembuhan. Tapi kesembuhan sesungguhnya diberikan oleh Allah, entah melalui obat itu, melalui istirahat yang cukup, melalui air zamzam yang kuminum, atau melalui udara kering yang kuhirup, entahlah. Yang pasti, kesembuhan itu dari Allah asalnya! Itu adalah salah satu contoh.

Dalam segala kehidupan kita harus menterjemahkan bahwa semua yang kita terima itu dari Allah. Aku boleh menerima hadiah dari seseorang, tetapi hakekatnya itu dari Allah. Aku boleh mendapatkan kebahagiaan dari sesuatu, tetapi hakekatnya itu dari Allah. Dan sebagai ucapan terimakasih terhadap Allah, maka kita ucapkan Alhamdulillah (segala puji bagi Allah). Tidak perlu repot mengidentifikasi pujian apapun, karena SEGALA puji yang kita ucapkan bagi Allah, sebagai ucapan terimakasih atas semua yang kita terima dari-Nya.

Konsekuensi dari Laa illaha illa Allah adalah dalam SELURUH kehidupan, kita harus selalu ingat Allah. Allah itu ada, dan Allah lah yang memberikan semuanya. Apapun itu. Dengan pemahaman ini, maka WAJIB lah bagi kita untuk berdoa meminta pada-Nya. Karena kalau kita tidak meminta pada-Nya, yang terjadi adalah kita mempercayai ada yang bisa memberi selain-Nya (entah itu kekuatan kita, entah itu orang lain), artinya kita terjebak pada syirik! Dengan pemahaman itu, aku mulai saat itu berdoa hingga ke hal-hal yang kecil-kecil. Dulu aku termasuk yang menganggap hal-hal kecil itu tidak layak dibawa ke doa, itu urusan sepele. Ternyata pemahamanku ini salah besar, dan terkoreksi dengan pemahaman baru selama ber-haji ini.

Itulah oleh-oleh berhaji yang aku dapatkan. Masih ada sih beberapa pemahaman yang aku dapat seperti:

1. Al-Qur’an itu petunjuk dari Allah untuk manusia, disampaikan melalui Rasul (kelihatannya sederhana ya? Tapi memahaminya ternyata luar biasa!)

2. Salah satu bukti kebesaran Allah adalah Zamzam yang tidak mengikuti hukum-hukum alam.

Sebagai penutup, aku tidak berganti nama. Aku tetaplah seorang Taufiq yang seperti kemarin. Tidak ada istilah Pak Haji. Ini aku sampaikan ke setiap teman yang meski bercanda menyebutkan istilah itu. Saat berhaji, niat yang adalah laa riya’an wala sum’ah (tidak ada riya dan tidak ada keinginan populer). Aku menuliskan ini sebagai penyampaian hikmah saja, berharap dapat bermanfaat bagi yang lain.

6 thoughts on “Oleh-oleh dari berhaji

  1. Mtamim says:

    Makasih oleh2nya om.. Semoga ibadah nya diridhai dan mabrur.

  2. Rindu says:

    Semoga menjadi haji yang mabrur ya kang … dan semoga setelah ini semua langkah dalam tuntunan ALLAH sehingga tidak lagi ada yang kurang apalagi salah.

    Dan selalu menjadi guru untuk saya yang lemah, terlalu lemah malah 🙂

  3. Iim Fahima says:

    Makasih tulisannya ya oom piiiikkkk, membuka pikiran sekali.

  4. adhit says:

    Semoga Allah memberikanku gitar-gitar baru tahun ini, vehiclenya bisa saja lewat om tofik…amiin.

  5. Tara says:

    Ini untuk mendokumentasikan pemahamanku aja atas doa dari waktu ke waktu :
    21 Desember 2006 :
    http://dotindo.blog.friendster.com/2006/12/arti-sebuah-doa/

    15 Mei 2007
    http://dotindo.blog.friendster.com/2007/05/doa-dan-qadar/

    Sebenarnya hari ini (tepatnya beberapa hari lalu lah) menemukan kesadaran baru lagi, tapi belum tahu kapan bisa menulisnya nih.

  6. […] Perubahan yang cukup drastis akhirnya terasa ketika proses berhaji, pemahaman yang didapat karena telah mengenal Tuhan (akhir 2008). Bahwa sesungguhnya Tuhan itu benar-benar ada, bahwa sesungguhnya semua adalah karunia-Nya, sehingga dalam segalanya kita harus berdoa memohon pada-Nya. Jadi, doa selain suatu permohonan, adalah pengakuan dari kehambaan kita. […]

Leave a reply to Doa dan cinta « Idea Blog Cancel reply